Gak ada yang istimewa pas hari pertama gue di Kelas Kimia. Belajar seperti biasa. Gue mencari konfigurasi elektron. Nentuin bilangin kuantum utama, azimut, lanjut ke magnetik, terus ke spin juga.
![]() |
Ekspresi gue.
(Muka Voldemort diambil dari sini)
|
Gue berusaha mengingat Dalton ngomong apa, Thomson ngeluarin teori yang kayak gimana, Rutherford ngapain, Bohr menjelaskan apa, siapa menyempurnakan yang mana, lalu apa hasil penembakan sinar alfa. Gitu aja terus.
Di tengah segala keribetan menggambar ikatan Lewis, menyesuaikan kaidah duplet-oktet, menghitung pH, menebak warna kertas lakmus, dan menentukan nama senyawa, tiba-tiba Alifia—yang duduk di sebelah gue—ngeluarin kalkulator dengan wajah jemawa.
Iya, dia udah capek ngitung manual dan mau ngambil jalan pintas. Ngitung pake kalkulator.
Pas dia selesai masukin angka-angka, hasil yang keluar di layar kalkulator adalah '8e-6'.
Panik, dong.
Dia nanya ke gue, "Wamela, apa-apaan ini? Berapa nih hasilnya?"
Berhubung otak gue ini memang rada menyimpang, gue memproses hasil di layar kalkulator sebagai sebuah persamaan aljabar dengan nilai 'e' adalah enam perdelapan.
Gue jawablah, "Haha gak tau. Lo capek-capek ngitung hasilnya aljabar."
Dia ngakak.
Gue ngakak.
Kami dianggap gila.
Gue ngakak.
Kami dianggap gila.
Soal pun gak kejawab.
Gue gak yakin sih sebenarnya hasil '8e-6' ini apaan maksudnya. Jadi, gue googling dulu. Ternyata 'e' di sini maksudnya adalah "eksponen". EKSPONEN.
![]() |
| (Gambar dari sini) |
Permasalahan pun selesai dan kami pulang dari Kelas Kimia hari itu dengan satu pencerahan baru.



Geen opmerkingen:
Een reactie posten