Berhubung 2025 ini adalah tahun yang sangat brekele dan benar-benar bikin gue ingin mengucap istighfar seribu kali sehari, gue memutuskan buat nyobain hal baru di tahun ini daripada gue semakin sinting akibat ditindas rezim. Not worth my energy.
Lantas apa yang gue lakukan? Naik gunung.
Yap, betul. Lo gak salah baca sama sekali. Aktivitas fisik gue yang biasanya terbatas di nari-nari centil dan jadi jongosnya bokap sekarang beralih menjadi agak seperti Soe Hok Gie. Betul, Gie yang sebenarnya tidak serevolusioner itu.
Damn.
![]() |
| Ngokey, Ngab. |
Semua bermula dari ajakan Rafly—gue gak yakin lo pada kenal Rafly tapi yaudah anggap aja kenal—yang ketiga kalinya buat naik gunung. Sebenarnya gue tetap agak malas dan pengen nolak lagi, tapi gue bertekad buat jadi orang yang lebih mudah dijangkau di tahun ini sebagai pengganti hilangnya gue di tahun lalu.
Singkat cerita, gue ikut gerombolan Rafly and friends.
Sebenarnya seru ya naik gunung tuh. Tapi berhubung kekuatan fisik gue memang sudah agak mirip lansia, jadilah gue manusia paling cepat lelah dan paling banyak ngeluh di rombongan abang-abangan tersebut. Baru melangkah sedikit, gue udah minta pulang. Betul, gue memang selemah itu.
Tapi ternyata gue bisa juga sih ikutin mereka dan gak turun duluan.
Semuanya aman aja, sampai akhirnya ada insiden salah memilih jalur turun. Yuhu, it's fucking awesome buat orang yang baru pertama kali naik gunung seperti gue. Entah kenapa, kita ngide banget buat berpencar dan gerombolan yang gue ikutin memilih jalur paling kiri. Jalur yang isinya jurang doang. Gokil.
Gue udah pasang tampang bloon aja selama turun lewat jalur jurang tersebut dan udah siap lahir batin kalau misalkan gue jadi headline di berita-berita nasional bertajuk "Hilangnya Pendaki di Gunung Gede". I mean, ya lumayanlah daripada suicide. Mokat di gunung terdengar agak puitis dikit dan (lagi-lagi) terlihat mirip Soe Hok Gie.
Tapi intinya gue gak meninggal dan berhasil turun dengan selamat walaupun ngaret abis. Yang gak terselamatkan adalah jempol gue. Ternyata kuku jempol gue retak dan gue baru sadar belakangan karena gue pikir kaki gue cuma pegel doang tapi ternyata kuku jempol gue menemui ajalnya segala.
RIP Kuku Jempol Mela.
Sekian yapping gue yang tidak berfaedah sama sekali ini, untuk hal-hal lain yang terjadi setelah perjalanan tersebut akan gue ceritakan di lain waktu kalau gue gak keburu dikirim ke pengasingan. Terima kasih dan jangan lupa bergabung ke serikat di sekitar lo for the sake of your sanity. Regime won't loving you as much as your comrades.
Bye bye!

Geen opmerkingen:
Een reactie posten